Sejarah Kerajaan Bali Pdf

Sejarah Kerajaan Bali Pdf 8,4/10 895 reviews
  1. Sejarah Kerajaan Bali Kuno, Sebelum Kedatangan Kerajaan Majapahit Bali yang dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala sebelum kedatangan majapahit.
  2. Bukti sejarah adanya kerajaan buleleng di bali yaitu adanya berita dari cina yang mengatakan bahwa di. To find more books about makalah kerajaan bali pdf.

SEJARAH PENDIDIKAN DI. Sejarah pendidikan di Indonesia terbagi atas sistem pendidikan di masa kerajaan. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas.

Sejarah kerajaan Bali merupakan salah satu bagian dari sejarah kehidupan masyarakat bali secara keseluruhan. Bagian pemerintahan kerajaan di Bali juga beberapa kali berganti mengingat pada masa itu, terjadi banyak pertikaian antara kerajaan yang memperebutkan daerah kekuasaan mereka. Kerajaan Bali pertama pada saat itu kemungkinan bernama Kerajaan Bedahulu dan dilanjutkan oleh kerajaan Majapahit. Setelah Majapahit runtuh, kerajaan Gelgel mengambil alih, dan dilanjutkan oleh kerajaan Klungkung setelahnya.

Pada masa Klungkung, terjadi perpecahan yang menyebabkan kerajaan Klungkung terbagi menjadi delapan buah kerajaan kecil yang juga dikenal di Bali sebagai swapraja. Sri Kesari Warmadewa adalah salah satu dari Wangsa Warmadewa, dimana mereka merupakan salah satu keluarga bangsawan yang memiliki kuasa besar akan pulau Bali di masa lalu.

Sri Kesari sendiri, menurut riwayat lisan yang beredar telah berkuasa sejak abad ke-10, dan namanya bisa ditemukan dalam sebuah prasasti di Sanur, bernama prasasti Blanjong. Tertulisnya nama Sri Kesari di dalam prasasti tadi membuatnya menjadi raja pertama di Bali yang namanya ada dalam catatan tertulis. Dari prasati tadi juga, diketahui bahwa Sri Kesari ternyata merupakan seorang penganut Buddha Mahayana dan bahwa dinasti ini memiliki sebuah hubungan yang amat dekat dengan penguasa kerajaan Medang di Jawa Timur sekitar abad 10 hingga 11.

Setelah Sri Kesari turun jabatan, kerajaan Bali yang saat itu dikenal dengan kerajaan Bedahulu, dilanjutkan oleh Sang Ratu Ugrasena. Ugrasena diperkirakan memerintah pada jaman yang sama dengan Mpu Sendok di Jawa Timur, yaitu sekitar 915 hingga 942. Pada masa pemerintahan Ugrasena, ia terkenal sering merilis prasasti yang memiliki hubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sering diadakan oleh masyarakat kerajaannya seperti perpajakan, penganugerahan, upacara agama, pembangunan penginapan, hingga pendirian tempat sembahyang bagi mereka yang ingin berziarah. Bukti fisik tentang kepemimpinan Ugrasena tercatat dalam beberapa prasasti, antara lain Prasasti Srokada A dan Goblek Pura Batur A. Seluruh prasasti yang memuat namanya selalu tertulis dalam bahasa Bali kuno, dan dimulai dengan sebuah perkataan yang berbunyi yumu pakatahu, berarti “ketahuilah oleh kalian semua”. Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka.

Anak Wungsu adalah Raja Bali Kuno yang paling banyak meninggalkan prasasti (lebih dari 28 prasasti) yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28 tahun, yaitu dari tahun 1049 sampai 1077. Ia dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan. Ia wafat pada tahun 1077 dan dimakamkan di Gunung Kawi, Tampaksiring. Berakhirlah dinasti Warmadewa.

Jayasakti memerintah dari tahun 1133 sampai tahun 1150 M, sezaman dengan pemerintahan Jayabaya di Kediri. Dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu oleh penasihat pusat yang terdiri atas para senopati dan pendeta, baik dari agama Hindu maupun dari agama Buddha. Kitab undang-undang yang digunakan adalah kitab Utara Widhi Balawandan kitab Rajawacana. Kitab undang-undang ini merupakan peninggalan kebudayaan dari masa pemerintahan Jayasakti yang cukup tinggi.

Sejarah Kerajaan Bali Pdf

Kitab ini juga dipakai pada masa pemerintahan Ratu Sakalendukirana dan penerusnya. Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa pada masa pemerintahan Jayasakti, agama Buddha dan Syiwa berkembang dengan baik. Aliran Waisnawa juga berkembang pada waktu itu.

Raja Jayasakti sendiri disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Sejarah kerajaan Bali mencapai babak baru ketika pada masa pemerintahan Sri Astatura Ratna Bumi Banten pada tahun 1332 hingga 1343, terjadi ekspedisi Gajah Mada ke Bali. Ekspedisi Gajah Mada dimulai dengan membunuh Kebo Iwa yang ia anggap sebagai sebuah penghalang misi ini. Cara pembunuhannya adalah dengan menawarkan perdamaian pada raja Bali sehingga Kebo Iwa dapat dikirim untuk datang ke Majapahit dan kemudian dinikahkan. Alih-alih dijemput oleh pengantin, yang menjemput Kebo Iwa begitu ia tiba di Majapahit adalah kematian. Tewasnya Kebo Iwa ini mempermudah Adityawarman menaklukkan Bali di tahun 1343.

Penundukkan Bali ini kemudian mendorong didirikannya sebuah dinasti boneka di Samprangan yang kini bernama Gianyar, dekat dengan Bedulu. Pendirian dinasti ini mengambil waktu saat Gajah Mada masih memimpin, dan dinasti yang bernama Samprangan ini memiliki raja pertama bernama Sri Aji Kresna Kepakisan. Sri Aji memiliki tiga orang anak, dan satu di antaranya adalah Dalem Samprangan yang setelah menjabat dinilai tidak pantas menjadi raja dan digantikan oleh adiknya yang paling muda, Dalem Ketut. Raja terakhir dalam periode yang disebut dengan nama periode Gelgel adalah Dalem Di Made pada tahun 1605 hingga 1686.

Berakhir dengan periode kerajaan Klungkung yang sebenarnya masih tetap bagian dari dinasti Gelgel. Diketahui pada akhirnya bahwa yang mengakhiri masa pemerintahan dinasti Gelgel adalah pemberontakan oleh I Gusti Agung Maruti karena kesal kekalahannya tidak berarti pemulihan kembali oleh Dalem Di Made. Pemimpin pertama dari era Klungkung ini bernama Dewa Agung Jambe yang memerintah pada tahun 1710 hingga tahun 1775. Di masa ini, kerajaan bali terpecah menjadi delapan buah kerajaan kecil (sembilan jika menghitung Klungkung sendiri), yaitu: Badung, Mengwi, Bangli, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Tabanan, dan Denpasar.

Sejarah Kerajaan Bali Raja-raja dinasti Warmadewa Berdasarkan prasasti Blanjong yang berangka tahun 914, Raja Bali pertama adalah Khesari Warmadewa. Istananya berada di Singhadwalawa. Raja berikutnya adalah Sang Ratu Sri Ugrasena. Ia memerintah sejak tahun 915 sampai 942. Istananya di Singhamandawa.

Masa pemerintahannya sezaman dengan Mpu Sindok di Jawa Timur. Sang Ratu Sri Ugrasena meninggalkan sembilan prasasti, satu di antaranya adalah prasasti Bobahan I.

Setelah wafat, Sang Ratu Sri Ugrasena dicandikan di Air Mandatu dan digantikan oleh raja-raja yang memakai gelar Warmadewa (dinasti Warmadewa). Raja pertama dari dinasti Warmadewa adalah Aji Tabanendra Warmadewa. Raja ini memerintah tahun 955 – 967 M bersama istrinya, Sang Ratu Luhur Sri Subhadrika Dharmadewi. Penggantinya adalah Jayasingha Warmadewa. Raja inilah yang membuat telaga (pemandian) dari sumber suci di desa Manukraya. Pemandian itu disebut Tirta Empul, terletak di dekat Tampaksiring. Raja Jayasingha Warmadewa memerintah sampai tahun 975 M. Raja Jayasingha digantikan oleh Janasadhu Warmadewa.

Ia memerintah tahun 975 – 983 M. Tidak ada keterangan lain yang dapat diperoleh dari raja ini, kecuali tentang anugerah raja kepada desa Jalah. Pada tahun 983 M, muncul seorang raja wanita, yaitu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi (983 – 989 M). Pengganti Sri Wijaya Mahadewi bernama Dharma Udayana Warmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya, Gunapriya Dharmapatni atau lebih dikenal dengan nama Mahendradatta, putri dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur.

Kerajaan

Sebelum naik takhta, diperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tergores dalam prasasti Jalatunda. Pada tahun 1001 M, Gunapriya meninggal dan dicandikan di Burwan. Udayana meneruskan pemerintahannya sendirian hingga wafat pada tahun 1011 M. Ia dicandikan di Banuwka. Hal ini disimpulkan dari prasasti Air Hwang (1011) yang hanya menyebutkan nama Udayana sendiri.

Sejarah

Adapun dalam prasasti Ujung (Hyang) disebutkan bahwa setelah wafat, Udayana dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka. Raja Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Airlangga tidak pernah memerintah di Bali karena menjadi menantu Dharmawangsa di Jawa Timur. Oleh karena itu, yang menggantikan Raja Udayana dan Gunapriya adalah Marakata. Setelah naik takhta, Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata PangkajasthanaUttunggadewa. Marakata memerintah dari tahun 1011 hingga 1022. Masa pemerintahan Marakata sezaman dengan Airlangga. Oleh karena adanya persamaan unsur nama dan masa pemerintahannya, seorang ahli sejarah, Stuterheim, berpendapat bahwa Marakata sebenarnya adalah Airlangga.

Apalagi jika dilihat dari kepribadian dan cara memimpin yang memiliki kesamaan. Oleh rakyatnya, Marakata dipandang sebagai sumber kebenaran hukum yang selalu dilindungi dan memerhatikan rakyat. Ia sangat disegani dan ditaati oleh rakyatnya. Persamaan lain Marakata dengan Airlangga adalah Marakata juga membangun sebuah presada atau candi di Gunung Kawi di daerah Tampaksiring, Bali. Setelah pemerintahannya berakhir, Marakata digantikan oleh Raja Anak Wungsu. Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka. Anak Wungsu adalah Raja Bali Kuno yang paling banyak meninggalkan prasasti (lebih dari 28 prasasti) yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28 tahun, yaitu dari tahun 1049 sampai 1077. Ia dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.

Sejarah Bali Kuno

Anak Wungsu tidak memiliki keturunan. Ia wafat pada tahun 1077 dan dimakamkan di Gunung Kawi, Tampaksiring. Berakhirlah dinasti Warmadewa. Pemerintahan setelah dinasti Warmadewa Setelah berakhirnya pemerintahan dinasti Warmadewa, Bali diperintah oleh beberapa orang raja silih berganti. Raja-raja yang perlu diketahui sebagai berikut.

Jayasakti Jayasakti memerintah dari tahun 1133 sampai tahun 1150 M, sezaman dengan pemerintahan Jayabaya di Kediri. Dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu oleh penasihat pusat yang terdiri atas para senopati dan pendeta, baik dari agama Hindu maupun dari agama Buddha. Kitab undang-undang yang digunakan adalah kitab Utara Widhi Balawandan kitab Rajawacana. Kitab undang-undang ini merupakan peninggalan kebudayaan dari masa pemerintahan Jayasakti yang cukup tinggi. Kitab ini juga dipakai pada masa pemerintahan Ratu Sakalendukirana dan penerusnya.

Dari prasasti-prasasti yang ditemukan, diketahui bahwa pada masa pemerintahan Jayasakti, agama Buddha dan Syiwa berkembang dengan baik. Aliran Waisnawa juga berkembang pada waktu itu. Raja Jayasakti sendiri disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. 2. Ragajaya Ragajaya mulai memerintah pada tahun 1155 M, namun kapan berakhirnya tidak diketahui sebab tidak ada sumber tertulis yang menjelaskan hal tersebut.

3. Jayapangus (1177 – 1181) Raja Jayapangus dianggap sebagai penyelamat rakyat yang terkena malapetaka akibat lalai menjalankan ibadah. Raja ini menerima wahyu dari dewa untuk mengajak rakyat kembali melakukan upacara keagamaan yang sampai sekarang dikenal dan diperingati sebagai upacara Galungan.

Kitab undang-undang yang digunakannya adalah kitab Mana Wakamandaka. 4. Ekajalancana Ekajalancana memerintah pada sekitar tahun 1200 – 1204 M. Dalam memerintah, Ekajalancana dibantu oleh ibunya yang bernama Sri Maharaja Aryadegjaya. Microsoft works updates.

Sri Asta Asuratna Bumi Banten Sri Asta Asuratna Bumi Banten diyakini sebagai raja Bali yang terakhir. Setelah itu, Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada dan menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit. Kehidupan sosial budaya masyarakat Kehidupan masyarakat di Bali dan kebudayaannya sangat lekat terpengaruh oleh agama Hindu. Agama Hindu yang berkembang di Bali ini sudah bercampur dengan unsur budaya asli. Salah satu contoh yang paling nyata dapat dilihat adalah bahwa dewa tertinggi dalam agama Hindu-Buddha bukanlah Syiwa, melainkan Sang Hyang Widhi yang sama kedudukannya dengan Sang Hyang Wenang di Jawa. Selain itu, masyarakat Bali juga mengenal dewa-dewa setempat, seperti dewa air dan dewa gunung (di Jawa kiranya sejajar dengan Grama Desa). Di bawah desa, mereka juga memuja roh nenek moyang dan cikal bakal. Upacara penghormatan leluhur disebut Pitra Yodnya.

Sebagai tempat suci, dahulu digunakan candi. Tetapi, sejak berdirinya Kerajaan Gelgel dan Klungkung, penggunaan candi sebagai tempat suci dihapus. Sebagai pengganti fungsi candi dibuatkan kuil berupa kompleks bangunan yang sering disebut pura. Pada waktu upacara, dewa atau roh yang dipuja diturunkan dari surga dan ditempatkan pada kuil untuk diberi sesaji sebagai penghormatan. Upacara itu, misalnya, diadakan pada hari Kuningan (hari turunnya dewa dan pahlawan), pada hari Galungan (menjelang Tahra dan Saka), dan hari Saraswati (pelindung kesusastraan). Pura dalam lingkungan kerajaan disebut Pura Dalem, bentuknya seperti candi Bentar dan dimaksudkan sebagai kuil kematian. Adapun untuk keluarga raja dibuatkan pura khusus yang disebut Sanggahatau Merajan.

Di Bali, dewa tidak dipatungkan. Patung-patung di Bali hanya berfungsi sebagai hiasan.

Adanya patung dewa di Bali diyakini sebagai bukti adanya pengaruh Jawa. Di dalam kuil dibuatkan tempat tertentu yang disediakan untuk tempat turunnya dewa atau roh nenek moyang yang telah menjalani prosesi ngaben. Ngaben adalah budaya pembakaran mayat atau tulang surga. Pembakaran mayat adalah suatu kebiasaan di India yang diadaptasi di Bali. Roh yang telah menjalani upacara ngaben dianggap telah suci.

Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tertinggi tidak dibuatkan pura khusus, namun pada setiap kuil dibuatkan bangunan suci untuknya berbentuk Padmasana atau Meruberatap dua. Masyarakat Bali mengenal pembagian golongan atau kasta yang terdiri dari brahmana, ksatria, dan waisya. Ketiga kasta tersebut dikenal dengan Triwangsa.

Di luar ketiga golongan tersebut masih ada lagi golongan yang disebut jaba, yaitu anggota masyarakat yang tidak memegang pemerintahan. Tiap-tiap golongan mempunyai tugas dan kewajiban yang tidak sama dalam bidang keagamaan. Baca:. Pada masa pemerintahan Anak Wungsu, dikenal adanya beberapa golongan pekerja khusus, di antaranya pande besi, pande emas, dan pande tembaga. Mereka bertugas membuat alat-alat pertanian, alat-alat rumah tangga, senjata, perhiasan, dan sebagainya.

Hubungan dengan Jawa sudah ada sejak zaman pemerintahan Udayana dan Gunapriya, dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti raja-raja Bali yang memakai bahasa Jawa Kuno. Related Posts. Sejarah Demokrasi – Sejarah demokrasi merupakan salah satu sejarah sebuah sistem kehidupan dalam suatu negara. Kata demokrasi sendiri pertama muncul. Sejarah Agama Islam – Sejarah agama Islam mulai turunnya wahyu pertama pada tahun 622 yang diturunkan kepada rasul yang terakhir. Peninggalan Sejarah – Pada kesempatan ini admin tarokutu.com akan berbagi tentang Peninggalan Sejarah, salah satu sumber sejarah yang menjadi bukti kejadian di.

Sejarah Manchester United Bagian Kedua – Alex Ferguson datang dari Aberdeen untuk menggantikan Atkinson dan mengantarkan klub meraih posisi 11. Sejarah Manchester United – Dalam sejarah manchester united tim ini pertama kali dibentuk dengan nama Newton Heath Lancashire and Yorkshire.

Comments are closed.